Thursday, October 4, 2007

Peugeot(PUG) Mahal atau Murah

Subject diatas akan selalu menjadi pro dan kontra.
Bagi pemilik selalu menginginkan harga Pugnya mahal semahal-mahalnya, yg pingin punya Pug menginginkan harga yg semurah-murahnya, tapi setelah punya Pug pingin jadi mahal.

Apa daya ternyata mekanisme pasar tidak seperti yg diinginkan. Harga pasar dipengaruhi banyak hal, mulai dari selera konsumen, ketersediaan part, after sales service, trend, sampai dengan image brand memberi dampak pada tinggi rendahnya harga pasar mobil (bekas khususnya).

Terlepas dari mahal atau murah ada 2 tipe besar pembeli mobil.



Yang pertama beli mobil karena kebutuhan.
Artinya mobil yg dia beri harus bisa memenuhi beberapa kriteria tugas yg sudah ditetapkan seperti, tidak rewel, irit, muat banyak, bisa dipake kemana saja dll.
Tipe ini biasanya agak "memperbudak" mobil...artinya mobil hanya dipandang sebagai obyek transportasi semata. Biasanya mobil eks owner yg ini kurang terawat dan penampilannya compang camping. Tidak semua tapi rata-rata begitu.

Yang kedua beli mobil karena suka/cinta.
Mobil ternyata juga punya karakter yg terbangun dari kekuatan mesin, desain maupun fitur-fiturnya. Tipe pembeli kedua ini biasanya sangat paham akan mobil dan tau sekali mobil apa yg diinginkannya. Eksekusi keputusan membeli biasanya berdasarkan alasan emosional karena udah cinta atau udah gak bisa nerima model yg lain (tentunya setelah melihat kemampuan kantong dll). Pembeli tipe ini biasanya lebih "diperbudak" mobil. Artinya hatinya akan risau kalau baret dikiiit aja, atau tidurnya gak tenang karena belum nyuci mobilnya tadi. Yang lebih parah memilih membeli pelek yg sudah lama diimpikannya ketimbang renovasi lantai rumahnya yg sudah kusam.

Ada baiknya kita pahami diri kita termasuk jenis yg mana. Kalo termasuk jenis pertama tentu akan marah-marah kalo mobilnya bentar-bentar ke bengkel. Sementara tipe kedua, ramuan 1:7 (1 hari jalan 7 hari di bengkel) tidak pernah merisaukannya selama tunggangannya makin sempurna.

Kembali ke masalah mahal dan murah, mari kita asumsikan bila member sebuah klub atau komunitas mobil pastilah 90% termasuk tipe yg kedua. Satu tipe yg sudah sejak awal bersedia berkorban demi "cintanya". Satu tipe yg mau repot-repot mencari sejenisnya baik di klub maupun komunitas tersebut. Lantas kenapa fluktuasi harga obyek "cintanya" itu menjadi masalah? Kenapa dihargai murah begitu menyakitkan? Apa benar karena tidak terima "cintanya" dihargai sedemikian murah oleh masyarakat, atau hanya karena khawatir kalo mau "bercerai" cuma dapet sedikit harta gono gini?

Cinta sejati tentu tidak mengharap harta gono gini...cinta sejati cenderung buta dan tutup mata akan kekurangannya. Lantas kenapa tetap mencinta? Kerna cuma itu yg memuaskan hatinya, tak kurang tak lebih.

Kembali ke topik, Pug adalah mobil yg diracik dengan citarasa desain dan performa Eropa yg tinggi. Pug adalah produk yg layak dicintai kok. Tampilan mobil mereka mencitrakan cinta pemiliknya. Kalau sudah maksimal apakah kita masih akan meributkan harga? Saya kira harga sebuah cinta tidak pernah mengikuti pasar.

Karenanya milikilah dengan cinta, lepaslah dengan harga cinta, berikan pada yg memiliki cinta yg sama. Ini baru sepadan.



Salam Puglover.

åß!

0 komentar: